Senin, 01 Juli 2019

KENANGAN KETIKA SISWA KOTA SOTO LAMONGAN JUARA 1 FESTIVAL SENI INTERNASIONAL (FSI) JOGJA 2008






                Festival Seni Internasional (FSI) Jogja 2008 adalah ajang 4 tahunan yang ke dua yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Pengembangan Pendidik Tenaga Kependidikan Seni Budaya (PPPPTK-SB) Yogyakarta. 

         Pada tahun 2008 adalah tahun bersejarah bagi saya pribadi dan 5 teman saya waktu itu ( Mega, Kiki, Sasa, Dewi, dan Heni). Pada tahun itu, kelompok teater kami mengikuti ajang teater yang sangat bergengsi yaitu Festival Seni Internasional (FSI) Jogja 2008 yang ke dua. Waktu itu kami membawakan naskah drama berjudul “PAST GAME.”


       Past Game bercerita tentang sekelompok anak-anak desa yang sedang menikmati kemeriahannya berkumpul bersama dengan teman-teman sebaya dengan memainkan beberapa permainan lama yang saat ini bisa dibilang sudah jarang bahkan tidak pernah dimainkan lagi. Diantaranya: Pong Pong Bolong, Petak Umpet, main jadi hewan dan lain-lain.


            Waktu itu kami tidak mengerti jika naskah yang sedang kami garap akan diikutsertakan dalam festival tersebut. Saben minggu kami berlatih, biasanya kami latihan dua kali seminggu, atau bahkan lebih apalagi setelah kami dinyatakan lolos dalam festival internasional tersebut. Kami bisa berlatih pagi atau bahkan hingga larut malam di lapangan sekolah dasar (SD) kami, yang waktu itu saya dan Mega sudah kelas 1 dan 2 SMP, tapi kami semua berasal dari SD yang sama yaitu SDN Canditunggal, Kalitengah, Lamongan dan meskipun awalnya kami mengikuti seleksi tingkat SD secara nasional tapi pada waktu festival internasional tersebut kami ternyata melawan peserta lain dari jenjang SMP. 

        Jangan dibayangkan bagaimana bagusnya tempat kami berlatih tersebut, kami berlatih di lapangan semen yang saat itu kondisinya tidak terlalu bagus, banyak yang sudah berlubang rusak sana sini. Berlatih dengan sangat sederhana, bahkan selama berlatih kami hanya berbekal air mineral dan sesekali menyantap makanan ringan. Untuk tempat take video yang akan dikirimkan untuk kurasi atau seleksi tingkat nasional, kami pun tidak memakai atau mendekorasi tempat khusus, kami hanya menggunakan ruang kelas sekolah dasar kami yang waktu itu kondisinya sangat parah dengan lubang tembok di sana sini. Tapi sekali lagi itu tidak menyurutkan kami untuk tetap berlatih dan berjuang membawa nama baik kota kami umumnya dan sekolah kami khususnya. 


           Seleksi tingkat nasional usai dan kelompok teater kami dinyatakan sebagai kelompok teater terbaik tingkat SD secara nasional dan berhak mewakili Indonesia pada ajang Festival Seni Internasional (FSI) 2008. Guru-guru kami sangat bangga, bahkan ketika Pembina teater kami (pak Rodli TL) mengabarkan berita bahwa kami lolos ke festival seni internasional di sekolah. Mereka semua menangis sesenggukan  dan saling berangkulan. Tidak hanya itu, saking bangganya mereka pada kami, mereka sampai rela meluangkan waktu untuk mendampingi dan memberi semanggat kita pergi ke Jogja.






          Setiba di lokasi festival, jiwa berkompetisi kami lambat laun meredup. Banyak peserta dari sekolah lain di Indonesia bahkan bule-bule hilir mudik di sekitar mobil kita yang waktu itu baru saja datang. Fasilitas penginapan yang sangat bagus bak hotel berbintang, konsumsi datang silih berganti hingga kami tak kuasa menghabiskan apa saja yang telah dihidangkan ke kamar kami adalah salah satu fasilitas yang kami dapat di sana. Gedung-gedung mega tempat berlatih, pameran seni lukis, seni pertunjukan adalah beberapa pengalaman yang kami dapat semasa kami di sana. Hingga tiba akhirnya waktu kami mementaskan naskah drama yang sejak lama kita berlatih di sekolah. H-1 sebelumnya kami sudah memasuki gedung pementasan tempat kami akan berjuang. Gedung megah dengan kursi penonton yang bertingkat adalah kemewahan yang baru kami lihat waktu itu semakin redup jiwa berkompetisi kita. Tapi guru-guru pendamping kami dengan semangat yang tak pernah lelah memberikan semangat kepada kami hingga akhirnya kami berhasil mementaskan naskah “PAST GAME” dengan sukses dengan riuh tawa dan tepuk tangan penonton. Kami sangat puas dan lega. Tapi kami sedih keesokan harinya kami harus berkemas untuk segera pulang. Kami tidak bisa menyaksikan malam penghargaan. Tapi syukur Alhamdulillah setelah kepulangan kami ke lamongan, kami mendapatkan berita yang sangat membanggakan dan haru. Kami memperoleh gelar dobel winner langsung, juara jenjang SD dan SMP sekaligus. Senang tiada kepalang, ternyata kami siswa desa mampu bersaing bahkan mampu mengalahkan siswa-siswa favorit dari lain kota dan lain negara seperti: SMP Kristen Minahasa, SMA Negeri Padang, dan peserta dari lain negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Mexico, Singapura, Jepang, Ghana, dan Korea. Tidak hanya itu, kami juga bangga dan senang bisa berjabar langsung dengan menteri pendidikan waktu itu dan juga masuk koran untuk pertama kalinya membawa bangga nama sekolah, desa kami, desa Canditunggal dan kota soto Lamongan kota kelahiran kami. -MF 

2 komentar:
Write komentar

Halaman Kami: