Sekilas Tentang Penulis Asal Lamongan
MOH. FAUZAN nama lengkapku. Aku biasa dipanggil Fauzan. Lahir di salah satu kampung di kota soto Lamongan tepatnya di desa Canditunggal kecamatan Kalitengah. Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana atau bahkan bisa dibilang dari keluarga dengan perekonomian menengah ke bawah menjadikanku detik demi detik hidup haruslah disertai perjuangan lebih daripada orang-orang pada umumnya. Dahulu ibuku seorang pedagang kebutuhan pokok keliling dari kampung ke kampung, menjual bahan-bahan dapur atau bahkan makanan tradisional. Berangkat pukul 5 pagi pulang pukul 5 sore atau bahkan malam hari ketika hujan lebat dan tidak memungkinkan untuk bisa pulang karena akan lebih berbahaya sebab hujan kadang menghadirkan petir yang sangat dahsyat, itu semua sudah menjadi makanan pokok ibu sehari – hari, namun sekarang sejak adikku lahir ibu hanya menghabiskan banyak waktu di rumah sebagai ibu rumah tangga dan jika luang ibuku menjahit, sedangkan bapakku adalah seorang petani dengan sawah garapan hasil urunan bapakku dengan adik kandungnya atau biasa saya panggil bulek.
Sejak kecil saya terbiasa hidup mandiri. Pada saat saya di bangku sekolah taman kanak – kanak ( TK ) hingga di bangku sekolah dasar ( SD ) kelas awal saya sering melakukan segala sesuatu sendiri, pergi sekolah dengan teman – teman di kampung tanpa diantar orang tua salah satunya, karena ibu berjualan di kampung orang dan kerja sehari penuh, sore bahkan malam baru sampai rumah kembali dan keesokan harinya sudah kembali kerja lagi, sedangkan ayah banyak menghabiskan waktunya di ladang, jadi sejak kecil saya banyak diasuh bulek saya yg tak lain adalah adik kandung bapak saya.
Sejak di bangku taman kanak – kanak ( TK ) hingga kelas 3 sekolah dasar ( SD ) saya bukanlah orang yang diperhitungkkan di kelas alias tidak begitu pintar, paling bagus ketika di sekolah dasar ( SD ) saya mendapat peringkat 6 itupun hanya dari 14 total siswa dan siswi di kelas saya, itupun sering naik turun tidak konsisten di peringkat 6 atau lebih baik dari itu ( hehehe ... ). Namun sejak di bangku taman kanak – kanak (TK ) hingga kelas 3 sekolah dasar ( SD ) saya tergolong siswa yang paling rajin belajar meskipun dalam kenyataannya peringkat terbaik yang pernah saya raih hanya peringkat 6 (Hehehe ... ). Baru mulai kelas 4 sekolah dasar ( SD ) saya baru bisa diperhitungkan di kelas dan bisa dibilang siswa paling pintar se desa saya, karena seringkali peringkat 3 besar dikelas saya didapat teman dari kampung lain yang bersekolah di sekolah dasar ( SD ) di kampung saya, dan peringkat terbaik selama di bangku sekolah dasar ( SD ) saya dapat ketika saya berada di kelas 5 pada saat kelas 5 semester genap, waktu itu saya mendapatkan peringkat 1 se kelas dan sejak saat itu saya mulai bersemangat dan semakin bersemangat lagi untuk belajar setiap hari.
Lanjut ke sekolah menengah pertama ( SMP ). Ketika lulus dari TK Sinar Harapan desa Caditunggal dan SDN Canditunggal saya melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama ( SMP ) di SMPN 1 Kalitengah yang masih satu kecamatan dengan desa tempat saya tinggal. Selama bersekolah di SMP setiap hari saya pergi dari rumah ke sekolah dengan mengendarai sepeda ontel, karena waktu itu saya masih belum sanggup untuk membeli sepeda motor. Hal yang paling menyedihkan yang pernah saya rasakan adalah ketika saya berada di kelas 3 SMP. Waktu itu 80% lebih teman saya pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor, hanya saya dan beberapa teman saja yang tetap memakai sepeda ontel itupun tidak lebih dari 5 orang dan tidak setiap hari. Namun saya tak patah semangat untuk bersekolah dan terus melanjutkan prestasi di SMP. Selama di SMP saya menjadi siswa yang paling diperhitungkan, saya sering menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba antar SMP, beberapa perlombaan yang pernah saya ikuti selama SMP adalah lomba siswa berprestasi tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, lomba siswa teladan tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, lomba cerdas cermat siswa SMP se- kabupaten Lamongan, lomba pidato bahasa Inggris tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, dan yang paling bergengsi adalah lomba teater tingkat Internasional ( Festival Seni Internasional ) di Jogja tahun 2008 dimana kelompok teter saya berhasil menjadi juara 1 untuk tingkat pelajar SD dan SMP tingkat Internasional dimana saingan – saingan saya waktu itu dari beberapa negara lain.
Namun, awal kegagalan saya, saya dapat ketika saya berada di kelas 3 SMP, waktu itu saya terpengaruh teman, saya menjadi siswa yang sering berkumpul dengan teman – teman yang notabennya memiliki sifat yang kurang baik, akibatnya saya jarang lagi belajar dan 50% lebih nilai pelajaran saya dari total pelajaran yang diujikan mendapatkan remidi untuk pertama kelinya sejak saya bersekolah di SD sampai SMP, namun meskipun begitu, saya masih bersyukur masih menjadi salah satu siswa terbaik di kelas bahkan di SMP, waktu itu saya masih menjadi peringkat 3 se SMP untuk nilai try out ujian nasional se- kabupaten. Dampak lain akibat peralihan masa kanak – kanak ke remaja adalah gagalnya saya masuk ke jurusan unggulan IPA di Madrasah Aliyah ( MA ) di MA Matholi’ul Anwar Simo, Lamongan yang sejak SMP saya idam – idamkan, akibatnya waktu di MA saya terpaksa masuk di jurusan agama yang notabennya lebih dari 50% pelajarannya memakai kitab kuning yang sejak kecil hingga MA belum pernah saya pelajari, hari demi hari saya lalui dengan was was karena mayoritas pelajaran yang ada tidak ada yang saya kuasai, hanya satu pelajaran yang berhasil saya kuasai selama di MA yaitu pelajaran bahasa Inggris, karena sejak berada di kelas 4 sekolah dasar saya rutin mengikuti les bahasa Inggris di desa saya sendiri jadi saya memiliki kemampuan yang lebih untuk pelajaran bahasa Inggris diantara teman – teman saya yang lain, hal itu memberikan motivasi tersendiri di diri saya dan menjadikan saya lebih bersemangkat lagi belajar di MA ditambah waktu itu saya dapat suntikan motivasi dari teman saya Zusufa Fathul Ibad yang memotivasi saya dengan bilang ke saya “ kamu tidak harus memaksakan diri untuk bisa pintar semua pelajaran yang ada di MA, apa yang kamu kuasai saat ini jadikan kelebihanmu dan terus kuasai hingga kamu unggul dari teman – teman lain, hal itu lebih penting dari pada kamu memaksakan diri untuk bisa semua pelajaran dan malah tidak ada satupun pelajaran yang menjadi ikon dirimu bahwa dirimu yang unggul diantara yang lain”. Kata – kata sederhana itu selalu menjadi motivasi pribadi saya karena Zusufa adalah teman yang paling berpengaruh di kelas, atau bisa dibilang jika dia tidak masuk sekolah sehari saja kelas akan terasa sepi dan kurang bersemangat dan hal itu menjadi suntikan moril tersendiri bagi saya ketika saya dalam keadaan yang sangat kurang termotivasi untuk menjadi lebih baik di MA. Puncaknya, ketika di MA saya berhasil menjadi juara 1 menulis bahasa Inggris tingkat SMA se- derajat tingkat nasional yang diadakan salah satu majalah berbahasa Inggris yang terkenal di Indonesia yaitu majalah Kang GURU bersama dengan dua temanku se MA yang lain yaitu Subhan Yazid dan Nur Lailatun Ni’mah. Selain mendapatkan hadiah pribadi saya dan kedua teman saya juga mendapatkan hadiah kedatangan tim redaktur majalah tersebut, salah satu tim redaktur majalah tersebut yang datang ke sekolah saya adalah native speaker asal Australia. Sejak saat itulah saya mulai dikenal teman – teman se MA dan hal itu semakin membuat saya termotivasi untuk mendalami pelajaran bahasa Inggris lagi dan lagi.
Ketika sebelum ujian nasional MA sekolah saya mengadakan penyeleksian siswa – siswi yang diproyeksikan untuk masuk PTN ( Perguruan Tinggi Negri ). Waktu itu saya bingung ketika diharuskan pihak sekolah untuk memutuskan jurusan apa yang akan saya ambil untuk melanjutkan sekolah Srata 1 ( S1 ). Patokan saya hanya 1 ketika saya berhasil menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba mata pelajaran bahasa Inggris tingkat MA se karasidenan Bojonegoro. Waktu itu seleksinya lumayan ketat karena diseleksi dahulu di instansi masing – masing dan dipilih satu perwakilan. Awalnya saya pesimis karena banyak teman yang juga pintar dalam pelajaran bahasa Inggris di lain jurusan dengan saya. Namun dengan keyakinan penuh akhirnya saya berhasil mengalahkan mereka semua dan alhamdulillah saya berhasil menjadi juara 2 besar dan berhasil menjadi perwakilan sekolah bersama satu teman saya yang cewek yaitu Farah Atiqah karena tiap instansi diharuskan mengirimkan dua perwakilan ( 1 cewek dan 1 cowok ) untuk lomba mata pelajaran UN tingkat karasidenan Bojonegoro meskipun pada akhirnya saya belum bisa menjadi juara di perlombaan tersebut, tapi hal itu sudah bisa saya jadikan patokan untuk memilih jurusan apa di PTN lewat jalur SNMPTN Undangan, dan alhamdulillah saya lolos SNMPTN Undangan di Universitas Jember dengan jalur beasiswa penuh dari Dikti melalui beasiswa Bisi Misi. Masa demi masa perkuliahan saya lalui dengan perjuan meskipun pada akhirnya kuliah saya sedikit molor karena beberapa hal tapi saya tetap bersyukur karena tetap bisa mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK ) 3.25. dan alhamdulillah saat ini saya menjadi guru bahasa Inggris di salah satu Mts ( Madrasah Tsanawiyah ) di Lamongan yaitu di Mts Sunan Drajat Sugihwaras setelah sebelumnya saya nomaden untuk bekerja di beberapa tempat ...
Sejak kecil saya terbiasa hidup mandiri. Pada saat saya di bangku sekolah taman kanak – kanak ( TK ) hingga di bangku sekolah dasar ( SD ) kelas awal saya sering melakukan segala sesuatu sendiri, pergi sekolah dengan teman – teman di kampung tanpa diantar orang tua salah satunya, karena ibu berjualan di kampung orang dan kerja sehari penuh, sore bahkan malam baru sampai rumah kembali dan keesokan harinya sudah kembali kerja lagi, sedangkan ayah banyak menghabiskan waktunya di ladang, jadi sejak kecil saya banyak diasuh bulek saya yg tak lain adalah adik kandung bapak saya.
Sejak di bangku taman kanak – kanak ( TK ) hingga kelas 3 sekolah dasar ( SD ) saya bukanlah orang yang diperhitungkkan di kelas alias tidak begitu pintar, paling bagus ketika di sekolah dasar ( SD ) saya mendapat peringkat 6 itupun hanya dari 14 total siswa dan siswi di kelas saya, itupun sering naik turun tidak konsisten di peringkat 6 atau lebih baik dari itu ( hehehe ... ). Namun sejak di bangku taman kanak – kanak (TK ) hingga kelas 3 sekolah dasar ( SD ) saya tergolong siswa yang paling rajin belajar meskipun dalam kenyataannya peringkat terbaik yang pernah saya raih hanya peringkat 6 (Hehehe ... ). Baru mulai kelas 4 sekolah dasar ( SD ) saya baru bisa diperhitungkan di kelas dan bisa dibilang siswa paling pintar se desa saya, karena seringkali peringkat 3 besar dikelas saya didapat teman dari kampung lain yang bersekolah di sekolah dasar ( SD ) di kampung saya, dan peringkat terbaik selama di bangku sekolah dasar ( SD ) saya dapat ketika saya berada di kelas 5 pada saat kelas 5 semester genap, waktu itu saya mendapatkan peringkat 1 se kelas dan sejak saat itu saya mulai bersemangat dan semakin bersemangat lagi untuk belajar setiap hari.
Lanjut ke sekolah menengah pertama ( SMP ). Ketika lulus dari TK Sinar Harapan desa Caditunggal dan SDN Canditunggal saya melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama ( SMP ) di SMPN 1 Kalitengah yang masih satu kecamatan dengan desa tempat saya tinggal. Selama bersekolah di SMP setiap hari saya pergi dari rumah ke sekolah dengan mengendarai sepeda ontel, karena waktu itu saya masih belum sanggup untuk membeli sepeda motor. Hal yang paling menyedihkan yang pernah saya rasakan adalah ketika saya berada di kelas 3 SMP. Waktu itu 80% lebih teman saya pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor, hanya saya dan beberapa teman saja yang tetap memakai sepeda ontel itupun tidak lebih dari 5 orang dan tidak setiap hari. Namun saya tak patah semangat untuk bersekolah dan terus melanjutkan prestasi di SMP. Selama di SMP saya menjadi siswa yang paling diperhitungkan, saya sering menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba antar SMP, beberapa perlombaan yang pernah saya ikuti selama SMP adalah lomba siswa berprestasi tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, lomba siswa teladan tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, lomba cerdas cermat siswa SMP se- kabupaten Lamongan, lomba pidato bahasa Inggris tingkat SMP se- kabupaten Lamongan, dan yang paling bergengsi adalah lomba teater tingkat Internasional ( Festival Seni Internasional ) di Jogja tahun 2008 dimana kelompok teter saya berhasil menjadi juara 1 untuk tingkat pelajar SD dan SMP tingkat Internasional dimana saingan – saingan saya waktu itu dari beberapa negara lain.
Namun, awal kegagalan saya, saya dapat ketika saya berada di kelas 3 SMP, waktu itu saya terpengaruh teman, saya menjadi siswa yang sering berkumpul dengan teman – teman yang notabennya memiliki sifat yang kurang baik, akibatnya saya jarang lagi belajar dan 50% lebih nilai pelajaran saya dari total pelajaran yang diujikan mendapatkan remidi untuk pertama kelinya sejak saya bersekolah di SD sampai SMP, namun meskipun begitu, saya masih bersyukur masih menjadi salah satu siswa terbaik di kelas bahkan di SMP, waktu itu saya masih menjadi peringkat 3 se SMP untuk nilai try out ujian nasional se- kabupaten. Dampak lain akibat peralihan masa kanak – kanak ke remaja adalah gagalnya saya masuk ke jurusan unggulan IPA di Madrasah Aliyah ( MA ) di MA Matholi’ul Anwar Simo, Lamongan yang sejak SMP saya idam – idamkan, akibatnya waktu di MA saya terpaksa masuk di jurusan agama yang notabennya lebih dari 50% pelajarannya memakai kitab kuning yang sejak kecil hingga MA belum pernah saya pelajari, hari demi hari saya lalui dengan was was karena mayoritas pelajaran yang ada tidak ada yang saya kuasai, hanya satu pelajaran yang berhasil saya kuasai selama di MA yaitu pelajaran bahasa Inggris, karena sejak berada di kelas 4 sekolah dasar saya rutin mengikuti les bahasa Inggris di desa saya sendiri jadi saya memiliki kemampuan yang lebih untuk pelajaran bahasa Inggris diantara teman – teman saya yang lain, hal itu memberikan motivasi tersendiri di diri saya dan menjadikan saya lebih bersemangkat lagi belajar di MA ditambah waktu itu saya dapat suntikan motivasi dari teman saya Zusufa Fathul Ibad yang memotivasi saya dengan bilang ke saya “ kamu tidak harus memaksakan diri untuk bisa pintar semua pelajaran yang ada di MA, apa yang kamu kuasai saat ini jadikan kelebihanmu dan terus kuasai hingga kamu unggul dari teman – teman lain, hal itu lebih penting dari pada kamu memaksakan diri untuk bisa semua pelajaran dan malah tidak ada satupun pelajaran yang menjadi ikon dirimu bahwa dirimu yang unggul diantara yang lain”. Kata – kata sederhana itu selalu menjadi motivasi pribadi saya karena Zusufa adalah teman yang paling berpengaruh di kelas, atau bisa dibilang jika dia tidak masuk sekolah sehari saja kelas akan terasa sepi dan kurang bersemangat dan hal itu menjadi suntikan moril tersendiri bagi saya ketika saya dalam keadaan yang sangat kurang termotivasi untuk menjadi lebih baik di MA. Puncaknya, ketika di MA saya berhasil menjadi juara 1 menulis bahasa Inggris tingkat SMA se- derajat tingkat nasional yang diadakan salah satu majalah berbahasa Inggris yang terkenal di Indonesia yaitu majalah Kang GURU bersama dengan dua temanku se MA yang lain yaitu Subhan Yazid dan Nur Lailatun Ni’mah. Selain mendapatkan hadiah pribadi saya dan kedua teman saya juga mendapatkan hadiah kedatangan tim redaktur majalah tersebut, salah satu tim redaktur majalah tersebut yang datang ke sekolah saya adalah native speaker asal Australia. Sejak saat itulah saya mulai dikenal teman – teman se MA dan hal itu semakin membuat saya termotivasi untuk mendalami pelajaran bahasa Inggris lagi dan lagi.
Ketika sebelum ujian nasional MA sekolah saya mengadakan penyeleksian siswa – siswi yang diproyeksikan untuk masuk PTN ( Perguruan Tinggi Negri ). Waktu itu saya bingung ketika diharuskan pihak sekolah untuk memutuskan jurusan apa yang akan saya ambil untuk melanjutkan sekolah Srata 1 ( S1 ). Patokan saya hanya 1 ketika saya berhasil menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba mata pelajaran bahasa Inggris tingkat MA se karasidenan Bojonegoro. Waktu itu seleksinya lumayan ketat karena diseleksi dahulu di instansi masing – masing dan dipilih satu perwakilan. Awalnya saya pesimis karena banyak teman yang juga pintar dalam pelajaran bahasa Inggris di lain jurusan dengan saya. Namun dengan keyakinan penuh akhirnya saya berhasil mengalahkan mereka semua dan alhamdulillah saya berhasil menjadi juara 2 besar dan berhasil menjadi perwakilan sekolah bersama satu teman saya yang cewek yaitu Farah Atiqah karena tiap instansi diharuskan mengirimkan dua perwakilan ( 1 cewek dan 1 cowok ) untuk lomba mata pelajaran UN tingkat karasidenan Bojonegoro meskipun pada akhirnya saya belum bisa menjadi juara di perlombaan tersebut, tapi hal itu sudah bisa saya jadikan patokan untuk memilih jurusan apa di PTN lewat jalur SNMPTN Undangan, dan alhamdulillah saya lolos SNMPTN Undangan di Universitas Jember dengan jalur beasiswa penuh dari Dikti melalui beasiswa Bisi Misi. Masa demi masa perkuliahan saya lalui dengan perjuan meskipun pada akhirnya kuliah saya sedikit molor karena beberapa hal tapi saya tetap bersyukur karena tetap bisa mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif ( IPK ) 3.25. dan alhamdulillah saat ini saya menjadi guru bahasa Inggris di salah satu Mts ( Madrasah Tsanawiyah ) di Lamongan yaitu di Mts Sunan Drajat Sugihwaras setelah sebelumnya saya nomaden untuk bekerja di beberapa tempat ...