Sabtu, 29 Juni 2019

PUISI DALAM TEATRIKALISASI PUISI MTS SUNAN DRAJAT SUGIHWARAS LAMONGAN












TERUNTUK GURUKU






pertunjukan sederhana ini
ku persembahkan kepadamu dengan segenap usaha yang t’lah ku rengkuh
tak peduli lelah
ku memahami setiap makna gerak
kadang aku tiba-tiba tertawa terbahak
sering pula emosi seketika memuncak
sampai tak terasa,
pernah ku keluar dahak

aku ditertawakan,
aku selalu disalahkan,
tapi semua itu kutahan
untuk tampil bermakna dihadapanmu

ini semua karenamu, bapak ibu guru
ku berikan segala kesederhanaan ini
agar kau tahu bahwa
ku mencintai segala kesederhanaanmu
seperti engkau mencintai ketidaktahuan kami
akan makna setiap lembaran kehidupan
yang kau ceritakan kemarin, kini atau nanti
untuk kami ambil kesimpulan dan lakukan

maka,
dalam setiap doa
selalu semoga yang kuharap:
semoga yang sederhana ini
menjadi bagian terindah dari kehidupanmu
kehidupanku kelak nanti juga

dan,
akan ada setiap kenangan
untuk ku mengenangmu
mengenang,
bahwa ku pernah memiliki guru terhebat
yaitu dirimu,

yang barangkali kini sedang duduk
di hadapan, di belakang, atau bahkan sedang di luar
menjalankan setiap langkah roda kehidupan

bapak ibu guru terhebatku,
terima kasih atas pejuanganmu selama ini
meninggalkan segala beban diri di rumah
kau nina bobokan ia
kau timang-timang ia
hingga lelap tertidur
dan kau menjadi manusia baru di sekolah

mungkin,
aku tak pernah tahu
seberapa besar masalah yang sedang kau hadap
tapi tawa dan candamu dikelas,
barangkali hanya kamoflase terindahmu untukku
agar mudah ku menerima tiap pelajaranmu

waktu itu,
hujan pagi kian lebat,
kau sangat bersemangat dari parkir sekolah
meski berkuyup mantel, dan menenteng sepatu

tak kulihat sama sekali beban dipundakmu
hanya senyum yang kian merekah
di tiap langkah yang kau ayun menuju ruang sekolah

langkahmu begitu gegas
sebab waktu sudah pukul tujuh lewat
meski,
sering ku juga
berlari dibelakangmu dengan hal yang sama

kau hanya senyum
menyapa salam hormatku
dengan mengecup tanganmu
ketika hendak kau menuju ruang kelas
kau lihat kami
masih bercengkrama ramai di depan kelas
tak nampak satupun dari kami
mempersiapkan tugas darimu
minggu lalu

mungkin kami sudah
atau bahkan kami lupa
tapi sering kau tersenyum biasa
sambil mengingatkan kembali untuk lekas kami selesaikan

kulihat,
tubuhmu masih kuyup
kursi depan kelasmu masih terlihat basah
tapi sedikitpun tak kulihat
rasa malas di pandangmu
untuk melanjutkan sisa pelajaran kemarin atau lusa

wa'alaikumsalam, ibu guru
itu salam pertama ku mengenal dirimu
kau begitu lembut
mengucapkan kata demi kata untuk ku pahami
tapi, I always don’t know
tak tahu, tak dengar jelas
apa yang sedari tadi kau jelaskan
di depan papan itu

aku tak memahami sedikitpun itu, bu guru
yang kau coba untuk sederhanakan padahal
pemahamanku terlalu rumit
hingga, berkeliling kelas
bersendah gurau dengan kawan di samping
atau bahkan keluar pura-pura ke belakang
padahal sedikitpun tidak
adalah refreshing terhebat yang pernah kulakukan
di sela-sela, kau begitu serius
menjelaskan setiap ketidakfahaman
dan aku hanya mentertawakan setiap kejadian

kadang,
kau berhenti sejenak
duduk di kursi guru
mungkin kau lelah, selepas menjelaskan tadi
namun,
ku masih tidak peduli ke semua itu

ku tetap mengabaikan penjelasanmu
mengabaikan setiap rintikan hujan yang tiba-tiba turun dengan guguran guntur
lewat tidur panjangku di atas meja murid
dan kau tetap membiarkan semua itu

hingga akhirnya,
salam penutupmu
adalah kalimat ajaib untuk seketika membangunkan ku

barangkali,
kau kesal atas semua itu
tapi sedikitpun tak kulihat kerut kemarahan di wajahmu
bahkan selepas ku bangun
mulai mengeja keadaan kembali
selalu kulihat senyummu
hingga langkah terakhirmu
menapaki ruang kelas kami

maaf, maaf ibu guru
atas kelalaianku
mengabaikanmu selalu ……..

Kemudian kau datang, bapak guru
kau datang dengan membawa segala kegagahan tubuh

di tangan kirimu,
terlihat betapa banyak pelajaran yang akan kau ajarkan
sedang di tangan kananmu
pelan-pelan mengajakku diam
mengajak diam, diam diam masuk kelas

salam mu begitu lantang
menyibakkan segala mendung yang hampir saja datang di hadapan

terlihat kejam, mungkin
seluruh kawan yang kau lihat
berkeling-keliling kelas,
teriak-teriak tak jelas
tertawa terbahak lepas
main-main kertas
tidur terlewat batas
tak mengerjakan PR atau tugas
rumpi dalam kelas
membahas Rudi yang tiba-tiba lewat depan kelas
atau membahas kesimpulan perkumpulan di rumah
padahal kita sedang dalam situasi yang sama
mempelajari dan merangkai benang masa depan bersama

kau pukul aku
kau jewer aku
kau hukum berdiri di depan teman berjam-jam
atau bahkan membuang sampah
yang terlihat sama-sama busuknya dengan sikapku
tapi, kau selalu tak menutup hidung
tiap kali bertemu aku
tiap kali berhadapan denganku tak jenuh
padahal aku sama busuknya
seperti segala sesuatu yang menumpuk
di pembuangan sampah
belakang sekolah

maafkan aku bapak guru
maafkan kami guru-guru
maafkan aku yang telah membuatmu selalu kesal
dengan tingkah laku ku,
dengan tingkah laku kami
yang setiap hari selalu terlewat batas
bahkan pernah ku menertawakan di setelah jam mengajar
atau bahkan abai segala tugasmu
yang saat itu
kau hanya memanggilku perlu bantuan
tapi kuselalu abaikannya

maafkan aku bapak guru
maafkan aku ibu guru
maafkan segala tingkah lakuku,
tingkah laku kami
yang selalu terlewat batas
atas kemampuanmu mendidik kami
padahal itu kami
yang terbatas dalam segala ilmu
bagaimana bersikap di hadapanmu bagai seorang raja
mengatakan “cek” adalah tak seharusnya

barangkali nanti
ku melihatmu diam
ku melihatmu tenang di atas kursi roda
melihat lalu lalang kehidupan
melihat lalu lalang angin sepoi
yang menyapa depan rumah rindumu

melihat,
betapa komplikasi penyakit yang mendera tubuhmu
membelenggu nafasmu
membelenggu gerak lincahmu
yang saat ini tak kulihat lagi
seperti dahulu kau masuk kelas
salam dan menyapaku

tapi semoga
kau bangga,
bangga melihat kami
meraih kesuksesan
meraih segala harapmu dulu
yang sempat tercecer
sebagai lading amalmu
di sana lagi

tenanglah guruku,
tenanglah di masa damaimu
semoga kami dapat melanjutkan perjuanganmu

Halaman Kami: